Selamat malam
pemirsa, ngomong-ngomong soal kata “selamat malam” saya teringat suatu ketika
di dalam ruang kursus sekitar tahun 2006, pak Hery guru les bahasa Inggris saya
waktu itu pernah menyindir saya yang belum paham perbedaan kata “Good Evening”
dengan “Good Night”. Saya yang waktu itu dengan sangat yakinnya memperkenalkan
diri dengan kalimat “Good night every body” langsung dibuat malu oleh pria yang
tampak tampan bersama kacamatanya itu.
Tapi pada
kesempatan kali ini saya tidak akan bercerita bagaimana sarjana sastra inggris
itu mempermalukan saya, tidak juga saya bercerita betapa guru bahasa inggris
ini sangat elegan dari sudut pandang saya sebagai orang udik. Sekalipun good
netter meminta, kukuh saya bilang tidak. Di hari #jum’atBerkah ini saya ingin
menulis sesuatu yang lebih penting dari kisah anak kampong yang duduk di dalam
ruangan berwarna ungu untuk mengikuti les bahasa inggris.
Pada malam
yang dipenuhi kesenangan ini saya ingin memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
dengan cara menulis cara menulis. Coba ulangi lagi lima kata terakhir dari
kalimat barusan “dengan cara menulis cara menulis”. Udah paham kan maksudnya
^^. Maaf bila saya membuat good netter
jadi berpikir sedikit capek. Padahal menulis cara menulis bukan judul yang pas
untuk tulisan ini. Yang lebih tepat sebenarnya “Membuat 10 contoh paragraph
dengan strategi tiga katanya A.S Laksana”
Sedang asik
membolak balik blog yang berisi tips menulis ala penulis terkenal saya
menemukan satu nama yang saya kenal lewat bukunya “Creative Writing”. Dialah
A.S Laksana yang kata Hoeda Manis adalah seorang penulis yang memiliki gaya
menulis. Dan dari Hoeda Manis pula saya tahu ternyata hanya sedikit penulis
yang memiliki gaya menulis. Penggemar tulisan Dale Carnegie ini bahkan berani
bilang gaya menulis adalah puncak ilmu menulis. Saya yang awam dalam dunia
tulis menulis tidak tahu menahu tentang gaya menulisnya A.S Laksana. Yang saya
tahu cover bukunya bagus dan apa yang di sampaikannya dalam buku “Creative
Writing” bias saya pahami. Saya juga menyukai cerpen “Menggambar Ayah” yang
disisipkan kedalam buku itu. Menurut saya yang menganggap menulis sama susahnya
dengan memasak, cerpen “Menggambar Ayah” sangat bagus baik dari sisi
penulisannya, idenya, maupun proses pembuatan cerpen itu sendiri. Pantas cerpen
ini sempat menjadi yang terbaik di jamannya. A.S Laksana melakukan riset dengan
mewawancarai orang gila, nah cerpen “Menggambar Ayah” diceritakan dari sudut
pandang orang gila ini. Menurut saya ide beliau ini sangat gila. Al hasil
cerpen yang dihasilkanpun keren gila!
Lantaran
teringat dengan buku “Creative Writing” saya jadi kepikiran untuk mempraktekkan
salah satu teknik menulis yang diajarkan dalam buku itu. Nama tekniknya adalah
strategi tiga kata. Saya akan melakukannya dengan cara saya sendiri.
Pertama-tama saya mengumpulkan kata demi kata yang yang menurut saya unik
walaupun semuanya tidak harus unik dan memang tidak semua unik. Saya berhasil
mengumpulkan tiga puluh kata, kata-kata
itu untuk membangun sepuluh paragraf dan masing-masing paragraf tidak memiliki
hubungan satu sama lain. Kedua, untuk mendapatkan tiga kata saya menggunakan
aplikasi random number generator. Sebelumnya kata-kata yang saya kumpulkan
sudah memiliki nomor urut. Dan hasilnya adalah sbb :
Paragraf 1 :
Sketsa – Lagu – Informan
Paragraf 2 :
Bakti – Bunian – Status
Paragraf 3 :
Ngebut – Apel – Kawat
Paragraf 4 :
Diary – Bumi – Bintang
Paragraf 5 :
Masjid – Sejengkal – Wacana
Paragraf 6 :
Jerman – Cinta – Melayu
Paragraf 7 :
Pasir – Arkeolog – Tahyul
Paragraf 8 :
Gambar – Mumpuni – Angin
Paragraf 9 :
Buaya – Meme – Naskah
Paragraf 10
: Nyinyir – Majalah – Ambacang
BRB mikir
dulu XD
Teknik Menulis Paragraf Awal
PARAGRAF 1
Seorang
lelaki kurus tampak duduk di sebuah lobi Hotel. Wajahnya tak tampak karena
tertutup Koran yang ia baca. Yang tampak hanyalah pergelangan tangannya yang
kecil memakai jam tangan rantai silver juga kaki kurusnya memakai sepatu formal
berwarna hitam. Kemungkinan ia juga memakai kacamata tebal agar serasi dengan
topi flatcap yang ia kenakan. Kuat dugaanku dia adalah seorang informan. Koran
yang di sengaja berlubang itu hanyalah tameng untuk melindungi wajahnya. Tapi
siapa dari orang-orang yang berada di lobi ini yang ia mata-matai aku tak tahu.
Apakah perempuan muda disampingku ini yang sedang asik dengan laptopnya. Sedang
laptop itu ia biarkan bebas bernyanyi lagu Niki Ardilla atau aku ? ah tak
mungkin. Aku hanya anak pedagang batik biasa, usaha papa juga tak ada
hubungannya dengan partai politik manapun. Jam dinding bergambar sketsa wajah
soekarno yang menempel pada salah satu pilar menunjukkan pukul Sepuluh lewat
Sembilan menit, aku harap papa segera muncul.
PARAGRAF 2
Baim
sebenarnya anak yang taat pada orang tua. Disuruh mengaji ia mengaji, disuruh
sembahyang ia tak mampir dulu ke Sunan Warnet bermain Point Blank. Tapi bagi
Baim, bakti adalah satu hal sedang mendengarkan cerita adalah hal lain. Ibunya
senang bercerita, tanpa diminta Baim dan kedua adiknya selalu setia
mendengarkan. Meskipun yang diceritakan bukan dongeng pengantar tidur, melainkan
kisah nabi juga cerita yang pernah nenek Baim ceritakan kepada Ibunya. Seperti
hari ini sang ibu bercerita tentang seorang bayi hilang di tengah hutan. Bayi
itu milik seorang perempuan muda yang telah menyandang status janda. Tadinya
bayi itu diletakkan pada ayunan dari selendang yang kedua ujungnya ditambatkan
pada dahan pohon yang rendah.sementara perempuan itu menyisir hutan,
mengumpulkan buah bacang untuk dijual. Saat kembali ia tak menemukan bayinya
dalam ayunan. Ia menyadari kebodohannya lalu ia menangis dan menjerit
sejadi-jadinya. Diakhir cerita ibu baim mengatakan dengan suara setengah
berbisik “Bayi itu dibawa orang bunian”
PARAGRAF 3
Perbedaan
anak sekolah SMA yang suka menolong orang tua dengan anak SMA yang suka
ugal-ugalan yang suka menolong di do’akan agar selalu dekat dengan jodohnya
yang suka ugal-ugalan dido’akan agar dekat dengan Tuhannya. Mati maksudnya.
Lantaran terlalu sering dido’akan agar cepat mati, Ronaldo yang suka ngebut
dijalan mengalami kecelakaan tadi pagi sewaktu berangkat kesekolah SMK MUARA
KAWIN. Ia menabrak Bus mogok di pinggir
jalan, padahal sopir bus sudah meletakkan segitiga pengaman dibelakang bus.
Alhasil hidung Ronaldo patah dan kawat giginya rontok bersama gigi depan bagian
atas dan bawah. Tadi malam Ronaldo sempat bermimpi, saat hendak mengambil apel
di kulkas apel itu tiba-tiba tertawa “jangan mimpi kamu bias makan saya, daging
saya keras butuh gigi yang kuat mengunyahnya, kamu.? kamu bahkan tak punya gigi”
hahahaha
PARAGRAF 4
Dibelahan
bumi bagian Timur bintang ada dimana-mana, mereka hidup, bergerak,
berkedip, kadang hilang lalu muncul lagi
membuat langit seperti taman cahaya. Maharani tak mampu memejamkan mata, cukup
lama ia terpana hingga sesuatu dalam dirinya mengingatkannya ada sesuatu yang
harus ia lakukan. Ia segera mengambil diary dan menulis beberapa baris kata
lalu ia tunjukkan pada bintang yang cahanya paling terang. Ia berharap melalui
perantara sang bintang pesannya akan sampai pada Ben. Dibelahan bumi bagian
Barat ranum cahaya bulan menyisir hampir seluruh luasnya langit. Tak ada
bintang berani menampakkan diri, sekalipun muncul cahaya itu cepat-cepat
menghilang dan tak muncul lagi. Disaat bulan mulai mengantuk bintang-bintang
bermunculan Ben melihat bintang yang paling besar dan ia tersenyum membaca
pesan Maharani.
PARAGRAF 5
Mufakat yang
sudah disetujui majelis pada musyawarah tadi malam di kantor desa baru sebatas
wacana. Budi tahu betul karakter pemerintahan di desanya, sekali hilaf uang
lenyap. Dua puluh persen dari anggaran ratusan juta rupiah akan dialokasikan
untuk pemugaran Masjid Attaqwa di tenggara pasar jum’at. Sekali lagi itu baru
wacana, masih sejengkal menuju jalan panjang realisasi. Sebagai sarjana yang
sudah mengenyam pahit getirnya sebagai aktifis Budi bertugas mengawal perjalanan
panjang itu. Mahasiswa sekalipun tidak lagi mahasiswa tetap dianggap sebagai
pion penghalang jalan mulus praktik korupsi. Itulah ayat wajib pejabat
dimanapun ia menjabat. Pemerintah sekalipun rendah di mata rakyatnya mereka
tetap jumawa dalam dunia mereka sendiri. Pejabat – pejabat ini sungguh
menyadari bahwa merekalah sang pengendali. Keangkuhan itu tersimpan rapi dalam
gelapnya lubang kecil hewan pengerat.
Lima paragraf lagi nyusul yah (laper)
Bye ^^
PARAGRAF 6
Meski jauh di Jerman sana kalau jodoh pasti
bertemu. Hal itu terbukti nyata pada Eliana yang tengah makan bersama calon
Suaminya di salah satu café di bandara Prankfurt. Ini pertama kalinya ia dan
Mike bertemu setelah setahun menjalin hubungan di dunia maya yang awalnya berkenalan
lewat biro jodoh online. Bagi orang Melayu seperti Eliana menikah dan menetap
di luar negeri adalah mimpi yang hanya orang yang beruntung saja yang bisa
membuatnya menjadi nyata. Ibarat ilmu dasar matematika cinta Eliana pada Mike
adalah satu dan impiannya tinggal di luar negeri di tambah satu jika dijumlahkan hasilnya sama dengan dua, dua keinginan akan segera terwujud dalam
satu pernikahan.
PARAGRAF 7
Memang beginilah manusia, saat cuaca panas
kita mengeluh kepanasan, saat hujan kita mengeluh basah kedinginan. Bahkan ketika
tidak ada cuaca panas dan hujan kita tetap mengeluh, tak punya uang. Terlebih
bagi Ardi yang tengah merayakan ulang tahun ke empatnya sebagai pengangguran.
Layaknya seorang pengangguran tingkat akut hal-hal yang dianggap tahayul jadi
serba masuk akal bagi Ardi. Tak heran jika ia ada disini sekarang diatas
hamparan pasir tak bertepi bagai permadani bersulam emas murni. Dari jauh Ardi
tampak sedang mencium pasir itu, meski
sebenarnya ia hanya mengendus. Tubuhnya melekat erat pada tumpukan pasir
memunggungi langit. Diusapnya permukaan pasir dengan hati-hati persis seorang
arkeolog memperlakukan temuan baru. Tapi dari jauh Ardi tampak seperti sedang
bercinta kadang telinganya ditempelkan ke pasir seolah pasir itu sedang
berbisik.
PARAGRAF 8
Petok…petok…petok, bunyi itu terdengar jelas
setiap kali sepatu high heels Dewi menyentuh lantai keramik berwarna krem
natural. Dewi sedang mengelilingi ruangan yang cukup besar untuk ukuran sebuah ruang
tamu, ia betah berlama-lama memandangi gambar demi gambar yang berjejer rapi
pada dinding karena ruangan itu cukup nyaman . Keadaan diluar berbeda sekali,
angin bersiul-siul membentuk formasi lingkaran obat nyamuk sedang suhu udara
terus menurun, sekarang sudah dibawah dua puluh derajat celcius. Langkah dewi
berhenti saat tubuhnya sejajar cermin berbingkai ukiran jati ia senang melihat
dirinya cantik, secantik saat ia meninggalkan cermin di kamar rumahnya satu jam
yang lalu. Dewi agak kaget melihat sosok yang tiba-tiba muncul dalam cermin,
ketika berbalik ia tersentak melihat
orang itu berdiri cukup dekat. Beruntung dewi memiliki keterampilan mumpuni
menghindari laki-laki yang berani bersikap kurang ajar itu.
PARAGRAF 9
Ada sebuah foto laki-laki umur kepala tiga (sebentar
lagi kepala empat) tanpa baju, rambutnya tidak panjang tapi bohong besar bila
disebut rapih. Sepertinya ia baru bangun atau dibangunkan perempuan berbedak
dan bergincu tebal dibelakangnya, ketika menulis kata “perempuan” saya agak
ragu karena wajah yang diam-diam narsis dibelakang laki-laki itu agak mirip
waria (maaf). Tampang laki-laki seperti itu banyak kita temui di pinggir jalan,
di parkiran, di terminal dan di tempat-tempat yang semisal itu. Foto itu diberi
tulisan “Saat bawang putih bertemu dengan bawang goreng". Gerhana cekikikan
melihat meme di laptopnya hampir saja ia kehilangan focus. Gerhana sebenarnya
sedang mencari referensi untuk naskah cerpen yang sedang ia garap. Tapi itulah
kelemahannya jika mencari informasi lewat internet, banyak hal yang bisa
mengalihkan pikiran. Sejauh ini Gerhana cukup mampu menepis semua itu dan
kembali fokus, lagi pula deadline cerpen yang ia beri judul “Roti Buaya Membawa
Petaka” ini tinggal beberapa hari lagi.
PARAGRAF 10
Pukul enam dini hari matahari mulai melukis
langit dengan cahaya kuning keemasan. Cahaya itu lalu turun menikuk lurus membentuk
hujan cahaya tak kasat mata menembus lapisan udara menguapkan kabut tipis yang
sedari tadi menutupi bumi. Tampaklah pemandangan manusia tumpah ruah hilir
mudik bagai semut kehilangan jejak. Seorang nenek sedang duduk di tepi jalan di
tengah pasar wajahnya resah tak tahan dengan udara yang panas dan lengket,
tangannya pelan mengibas leher dengan majalah bekas dan dengan wajah yang
semakin resah bukan karena suhu udara yang kian meninggi tapi nyinyir perempuan
penjual sayur dibelakangnya. Perempuan itu kesal karena sayur ambacang miliknya
ludes tanpa transaksi. Maksudnya hilang.
Nah sekarang sudah selesai, bagaima menurut anda ?
0 Komentar
Penulisan markup di komentar